Yoan Dan Siska II
Sambungan dari bagian 01
Begitu sampai di kamar, Yoan menutup korden jendelanya dan menyalakan
lampu kecil di kamar itu. Suasana menjadi remang-remang dan bernuansa
merah. Yoan lalu menyalakan lilin-lilin besar dalam gelas di dekat
ranjang, yang dalam sekejap memancarkan cahaya kuning dan menebarkan
aroma yang sensual.
"Yoan, apa kita mau langsung sekarang juga?" tanya Siska.
"Yup," jawab Yoan sambil langsung melumat bibir Siska dengan penuh nafsu.
Lidah Yoan yang mencari-cari akhirnya dibalas oleh lidah Siska yang
tidak berpengalaman, yang kemudian ikut tenggelam dalam lautan birahi.
Kemudian Yoan tiba-tiba melepaskan ciumannya dari bibir Siska yang
meminta-minta, meninggalkan pandangan kebingungan di mata Siska. Yoan
lalu berjalan menuju pintu kamar, lalu menutupnya, dan ia melakukan hal
yang sama terhadap pintu kamar mandinya. Seketika suasana menjadi
sangat merah dan dan hanya cahaya-cahaya lilin yang tersisa dan bohlam
kecil warna merah. Daster tidur warna merah yang dipakai Yoan tampak
serasi dengan suasana saat itu sehingga membuatnya tampak seksi dan
membuat lekuk-lekuk tubuhnya tampak jelas di antara nyala lilin.
"Buka bajumu Siska," kata Yoan, "Semuanya, aku ingin melihat kamu telanjang di depanku."
"Aaa.."
"Jangan bicara Siska, kamu nggak ingin merusak suasana romantis ini
kan?" lanjut Yoan, "Turuti saja omonganku dan semuanya pasti indah dan
menyenangkan."
Siska kemudian mulai membuka sabuknya tanpa berkata apapun. Ia
mengakui bahwa suasana ini sangat romantis dan menimbulkan kesan aneh
tapi sensual, dan ia jelas tak ingin merusaknya. Ketika ia sudah
tinggal bra dan celana dalam, ia mulai agak merasa risih. Ia belum
pernah telanjang lebih dari ini dengan siapa pun juga, kecuali kemarin
tentu saja, ketika ia dilanda nafsu birahi yang hebat.
"Terusin Siska, jangan mengecewakan aku."
Akhirnya Siska membuka bra-nya dan kemudian celana dalamnya,
kemudian berdiri dengan risih di depan Yoan. Butir-butir keringat mulai
membasahi keningya karena udara yang sangat panas di dalam kamar. Yoan
mengamatinya dari kepala sampai kaki. Yoan tak dapat menahan rasa
bahagianya, karena fantasinya akan menjadi kenyataan. Ia belum pernah
benar-benar berkuasa atas seseorang sebelum ini, bahkan cewek-cewek di
asrama pun membuka bajunya dengan sukarela, bukan dengan malu-malu
seperti ini. Tubuh Siska sangat indah, dengan payudara besar yang turun
di dadanya, tetapi tidak lembek, melainkan sangat montok dan berlemak,
selain putih mulus. Pangkal pahanya dipenuhi bulu-bulu yang membentuk
segitiga berwarna hitam dan agak lebat. Yoan tak kuasa untuk tidak
menelan ludahnya. Lalu Yoan melepas dasternya dan berdiri telanjang
bulat di hadapan Siska. Mereka berdua berdiri telanjang
berhadap-hadapan dalam jarak dua meter, mata Yoan menatap tajam penuh
nafsu ke mata Siska, sedangkan Siska menatap malu-malu ke mata Yoan,
dan ke tubuh Yoan yang sempurna.
Yoan berjalan mendekati Siska, selangkah demi selangkah. Kemudian
ia memeluknya, dan berbisik di telinganya, "Ini saatnya, Sis. Saatnya
bagi kamu buat pasrah, serahin saja ke aku, demi kenikmatan kita
berdua.." Lalu Yoan melumat bibir Siska dengan penuh nafsu yang
langsung disambut oleh lidah Siska yang membara. Siska melakukannya
dengan sangat baik, membuat Yoan semakin bersemangat untuk memilikinya.
Mereka berpelukan, merasakan kedua payudara mereka bersentuhan, dengan
puting-puting mereka saling bersentuhan dan kemudian semakin mengeras.
Siska menggesek-gesekkan dadanya ke dada Yoan semakin keras seakan
ia tidak sabar untuk merasakan kenikmatan. Yoan menyadari ini, hingga
ia kemudian mendorong Siska sampai jatuh ke ranjangnya yang besar dan
empuk, yang menjadi basah oleh tubuh Siska yang berkeringat. Siska
sudah tak sabar menginginkan kepuasan seperti kemarin. Ia lalu membuka
kakinya lebar-lebar, menunjukkan selangkangannya yang lembab oleh
cairan kewanitaannya. "Lakukan sekarang Yoan," kata Siska penuh harap.
Tapi kemudian Yoan tidak langsung menuruti kata-kata Siska, melainkan
ia menuju ke arah kepala ranjang. Di sana ia mengambil tali nilon, yang
ternyata telah terikat ke kaki-kaki ranjangnya, dan mengikatnya ke
pergelangan tangan Siska sebelah kanan. Siska hanya menatap dengan
pandangan penuh tanya, tapi tak berkata apa-apa, takut merusak suasana.
Yoan melakukannya juga dengan pergelangan tangan Siska yang sebelah
kiri, juga terhadap kedua pergelangan kakinya. Kebingungan Siska
langsung terlupakan ketika Yoan lalu merebahkan diri di atasnya, dan
mulai menghisap-hisap puting susunya, pertama-tama ia menghisap dengan
lembut, kemudian dihisapnya sekuat-kuatnya, kemudian lembut kembali,
membuat Siska menjadi gila karena nikmatnya.
Setelah beberapa menit bermain dengan puting susu Siska, mulut Yoan
mulai turun menjelajahi perutnya, lalu turun lagi ke pahanya, ke bagian
dalam pahanya, dan kemudian berhenti. Siska seakan tersentak ketika
Yoan tidak merangsangnya lagi, diangkatnya kepalanya ke atas untuk
melihat apa yang sedang Yoan lakukan. Dan dilihatnya Yoan yang sedang
memandangi sela-sela pahanya. Yoan sedang menikmati apa yang dilihatnya
sekarang. Ia belum pernah melihat kemaluan yang begitu alami seperti
ini, masih benar-benar perawan. Dengan bibir vagina yang tipis berwarna
merah muda kecoklatan, tapi gemuk di bagian luarnya, dan gumpalan
daging yang menyembul di bagian atas berwarna coklat muda. Bagian bibir
dalamnya tertutup rapat, tidak memperlihatkan bekas-bekas pernah
dipenetrasi oleh benda-benda asing. Dan semua itu dilapisi oleh
rambut-rambut yang tipis pada bagian sekitar vagina sampai dekat anus,
dan menebal pada bagian di atas klitoris. Semuanya tampak begitu basah
dan mengkilap, serta menunggu untuk dinikmati olehnya, semua keindahan
itu hanya untuknya.
Yoan tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi dan langsung
melumat selangkangan Siska yang gemuk. Jari-jarinya bergerak terlatih
memainkan klitorisnya, sementara lidahnya bergerak-gerak lincah di
bawahnya, berusaha mencari lubang surgawinya. Gerakan Yoan yang begitu
cepat dan intens membuat Siska tenggelam dalam kenikmatan yang begitu
diimpikannya selama ini, membuatnya bergerak kesana kemari karena
sensasi yang ditimbulkannya, tapi gerakannya terbatas oleh tali yang
mengikat keempat anggota tubuhnya dengan kuat. Mulut Yoan semakin liar,
lidahnya sudah menjulur masuk ke dalam lubang kemaluannya, berusaha
menghisap apa saja yang ada di situ, sementara jari telunjuk dan jari
jempolnya semakin kasar memainkan klitorisnya, sementara tangan
kanannya sendiri sudah menjelajah ke dalam kemaluannya sendiri, yang
sudah meminta-minta. Siska mengerang-erang semakin keras sementara
jilatan-jilatan dan hisapan-hisapan Yoan serta gerakan jari tangannya
semakin gila bekerja di pangkal paha Siska yang sudah lembab.
"Yoan.. terus Yoan.. terus.. sebentar lagi.. sedikit lagi Yoan..
ah.. ahh!" Siska mulai berteriak dengan penuh kenikmatan menuju
orgasmenya yang hebat. "Ahh.. ahh.. sekarang Yoan.. sekarang
waktunya.." dan akhirnya Siska tenggelam dalam kenikmatan orgasme yang
sensasional ini, seluruh tubuhnya bergetar hebat, selangkangannya
seakan mau meledak akibat sensasi yang ditimbulkannya, seakan-akan
seluruh aliran darahnya terpusat hanya di otot-otot vaginanya saja,
yang kemudian tertarik kesana kemari dalam kenikmatan. Tapi kenikmatan
itu tidak berlangsung lama ketika mulut Yoan tetap dalam intensitas
yang sama, mencari-cari tiap titik kenikmatan di lubang kemaluannya,
dan jarinya yang terus-menerus menarik dan memainkan klitorisnya.
Ketika saraf-saraf kenikmatan di vaginanya mulai beristirahat dan
menjadi sensitif, Yoan seakan tidak peduli dan terus menjelajahi
selangkangan Siska dengan liar dan kejam. "Cukup Yoann.. aku sudah..
aku.. tolong.. Yoan cukup.. ini berlebihan," rengek Siska sambil
berusaha menjauhkan kepala Yoan yang seakan menempel pada
selangkangannya, tapi tentu saja usaha itu percuma karena kedua tangan
dan kakinya yang terikat erat di kaki-kaki ranjang. "Cukup Yoan..
tolong.. aku menderita.. aku.." kata-kata Siska tak dilanjutkan lagi
ketika ia hanya bisa terengah-engah kesakitan, ketika vaginanya yang
belum terlatih terus-menerus dirangsang pada saat sedang sensitif.
Setelah mendengar rengekan-rengekan Siska, Yoan seakan semakin
gila. Ia memperkuat hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan pada area
sensitif Siska, dan jari-jarinya pun juga semakin kasar.
Hisapan-hisapan ini membawa Siska menuju orgasme berikutnya, yang
dibarengi dengan rasa sakit tapi juga kenikmatan yang aneh. Tak lebih
dari satu menit kemudian Siska sudah di ambang orgasmenya yang kedua,
dibarengi dengan lidah dan jari Yoan yang semakin menggila, vagina
Siska meledak dalam kenikmatan dan kesakitan dalam waktu bersamaan.
Saraf-saraf vaginanya yang sudah lelah berkonstraksi lagi selama
beberapa kali, membuat Siska terlonjak dari tempat tidurnya dalam
kesakitan dan kenikmatan yang murni, dalam konteks yang tak pernah
dibayangkannya sebelumnya.
"cukup Yoan.. cukup.. aku sudah puas.. aku sudah nggak kuat lagi.."
kata Siska lirih. Tapi ini masih juga belum berakhir. Yoan yang sudah
gila menjadi semakin binal mendengar suara Siska yang manja dan penuh
belas kasihan. Ia ikut klimaks setiap kali Siska orgasme, dan ia masih
belum puas, berarti ia harus meneruskannya. Yoan terus menghisap-hisap
vagina Siska yang lembab dengan suara keras, dan lidahnya terus
menjulur semakin dalam ke lubang kemaluannya. "Jangan Yoann.. aku nggak
tahan.. tolong.. jangann.." teriak Siska. Siska menggeliat-geliat
kesetanan dalam ikatannya ketika vaginanya yang sudah sangat sensitif
dan belum terlatih itu dilumat kembali oleh Yoan.
Satu menit kemudian Siska kembali tenggelam dalam sensasi aneh
antara kesakitan yang amat sangat dan kenikmatan yang terombang-ambing
antara ada dan tidak. Saraf-saraf vaginanya kembali berkonstraksi
dengan keras oleh rangsangan-rangsangan dari lidah dan jari Yoan untuk
ketiga kalinya. Siska sudah hampir tidak sadar, ia hanya merasa panas
dan merah di sekelilingnya, sementara vaginanya yang sudah sangat
sensitif itu berkonstraksi lagi dan lagi, dan meledak dalam orgasmenya
yang ketiga kali. Siska sudah tidak lagi meronta-ronta lagi, ia sudah
hampir tidak bereaksi lagi. Hal in membuat Yoan tersadar bahwa mungkin
ini terlalu inten untuk pengalaman pertama. Mungkin beberapa kali lagi
baru Siska akan bertahan.
Akhirnya Yoan menghentikan semua bentuk rangsangannya ke
selangkangan Siska. Siska langsung sadar kembali ke dunianya,
samar-samar dirasakannya vaginanya yang super sensitif dan sangat basah
dan lengket. Kemudian dilihatnya Yoan berbaring di sampingnya, sedang
menggesek-gesekkan kedua tangannya di vaginanya sendiri, semakin lama
semakin cepat, sampai akhirnya Yoan menggelepar dalam kenikmatannya
sendiri.
Sekitar lima menit kemudian Yoan terbangun dan menoleh kepada
Siska, dilihatnya wajah Siska yang sedang kelelahan, dengan rambut
basah kuyub oleh keringat dan napas yang mulai beraturan. Ia bangkit
dan diciumnya bibir Siska, dalam dan lama. Ketika ciuman itu berakhir,
Siska membuka matanya dan dilihatnya senyuman bahagia Yoan di depannya.
Siska tersenyum tipis dan lemas.
"Bagaimana Sayang? Nikmat kan tadi? Maaf kalau aku terlalu kasar." kata Yoan.
"Aku capek sekali, Yoan.." kata Siska pelan, "Dan kurasa aku tadi sudah diambang batas antara pingsan dan sadar."
"Ya, aku tahu, tapi akui saja tadi merupakan pengalaman klimaks
terhebat yang pernah kamu alami bukan?" jawab Yoan, "Dan itu baru saja
permulaan dari serangkaian pengalaman yang akan kita jalani, Sayang."
Tangan Yoan turun dan menyentuh selangkangannya, membuat Siska terlonjak saking kagetnya, "Ouch.. ati-ati Yoan," kata Siska.
"Sorry Sayang, cuman ingin merasakan lagi, aku belum puas nih,"
jawab Yoan sambil menarik tangannya yang basah oleh cairan kemaluan
Siska dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Hmm.. tastes so good.." Yoan lalu melepaskan ikatan di tubuh
Siska dan mereka mengobrol selama tiga puluh menit lebih dekat dan
akrab daripada yang pernah mereka lakukan selama ini.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2450